Jumat, 16 Juli 2010

KTI HEPATITIS B

BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah ditemukan 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HVC), Virus Hepatitis D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV). Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya, tetapi kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi darI keadaan sub klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang total.
Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV (Hepatitis B). kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis serum, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parenteral dan non parenteral.
Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau B melalui pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B (NANBH) dan saat ini disebut Hepatitis C (Dienstag, 1990). Selanjutnya ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2 macam, yang pertama dapat ditularkan secara parenteral (Parenterally Transmitted) atau disebut PT-NANBH dan yang kedua dapat ditularkan secara enteral (Enterically Transmitted) disebut ET-NANBH (Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990). Tata nama terbaru menyebutkan PT-NANBH sebagai Hepatitis C dan ET-NANBH sebagai Hepatitia E (Bradley,1990; Purcell, 1990).
Virus delta atau virus Hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virus yang menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi Hepatitis B, HDV dapat timbul sebagai infeksi pada seseorang pembawa HBV.
Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya di Indonesia tetapi juga diseluruh Dunia. Penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara semua penyakit menular yang dapat dilaporkan di Amerika Serikat (hanya dibawah penyakit kelamin dan cacar air dan merupakan penyakit epidemi di kebanyakan negara-negara. Sekitar 60.000 kasus telah dilaporkan ke Center for Disease Control di Amerika Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini diduga beberapa kali lebih banyak. Walaupun mortalitas akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertantang untuk mengangkat masalah ini dalam bentuk makalah dengan judul “ASUHAN KEPERWATAN PADA Tn.W DENGAN HEPATITIS B DI RUANG PERAWATAN LANTAI 3 RUMAH SAKIT BHAKTI HUSADA CIKARANG”.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
a. diperoleh secara pengalaman secara nyata dalam merawat pasien dengan Hepatitis B.
b. Diperolehnya informasi atau gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Hepatitis B di ruang perawatan lantai 3 Rumah Sakit Bhakti Husada Cikarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Hepatitis B
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien dengan Hepatitis B.
c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan hepatitis B
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien dengan Hepatitis B.
e. Mampu melakukan evaluasi kepada pasien dengan Hepatitis B.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori hepatitis B dengan kasus hepatitis B.
g. Mampu mengidentifikasi factor pendukung dan penghambat serta dapat mencari solusinya.
h. Mampu mendokumentasikan semua tindakan perawatan kepada pasien dengan Hepatitis B.

C. BATASAN MAKALAH
Makalah ini hanya membahas tentang konsep dasar Hepatitis B dan memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan Hepatitis B. di ruang perawatan lantai 3 rumah sakit Bhakti Husada.


D. METODE PENULISAN
Didalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriftif yang memberikan gambaran terhadap situasi dan kegiatan dengan cara mengumplkan data, menganalisa dan menarik kesimpulan, kemudian disajikan dalam bentuk narasi. Adapaun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penyusunan makalah ini dengan studi literature dengan membaca, menelaah, mempelajari, dan memahami, buku dan sumber – sumber lain dari perpustakan yang berhubungan dengan permasalahan didalam makalah ini.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Penyusun makalah ini dibuat secara sistematis yang terdiri dari 3 bab, diantaranya.
Bab I Pendahuluan yang membahas latar belakang, Tujuan Penulisan, Ruang Lingkup, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
Bab II Tinjauan Teoritis membahas tentang Pengertian, Etiologi dan Faktor Resiko, Insiden, Patofisiologi, Penyimpangan Kebutuhan Dasar Manusia Hepatitis, Manifestasi Klinik, Tes Diagnostik, Penatalaksanaan Medis.
Bab III Tinjauan Kasus membahas tentang Pengkajian
Bab IV Penutup membahas tentang kesimpulan dan Saran







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. PENGERTIAN
Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002;131)
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145)

B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
1. Hepatitis A
a. Virus hepetitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung berukuran 27 nm
b. Ditularkan melalui jalur fekal – oral, sanitasi yang jelek, kontak antara manusia, dibawah oleh air dan makanan
c. Masa inkubasinya 15 – 49 hari dengan rata – rata 30 hari
d. Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan sanitasi yang buruk dengan penduduk yang sangat padat.

2. Hepetitis B (HBV)
a. Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang memiliki ukuran 42 nm
b. Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita infeksi akut, kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu kepada bayinya.
c. Masa inkubasi 26 – 160 hari dengan rata- rata 70 – 80 hari.
d. Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta onkologi
e. Laki-laki biseksual serta homoseksual yang aktif dalam hubungan seksual dan para pemaki obat-obat IV juga beresiko.

3. Hepatitis C (HCV)
a. Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak yang
b. diameternya 30 – 60 nm.
c. Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga oleh
d. kontak seksual.
e. Masa inkubasi virus ini 15 – 60 hari dengan rata – 50 hari
f. Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B

4. Hepatitis D (HDV)
a. Virus hepatitis B (HDP) merupakan virus RNA berukuran 35 nm
b. Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang memiliki kebiasaan memakai obat terlarang dan penderita hemovilia
c. Masa inkubasi dari virus ini 21 – 140 hari dengan rata – rata 35 hari
d. Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis B.

5. Hepattitis E (HEV)
a. Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya + 32 – 36 nm.
b. Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia dimungkinkan meskipun resikonya rendah.
c. Masa inkubasi 15 – 65 hari dengan rata – rata 42 hari.
d. Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggi hepatitis E dan makan – makanan, minum – minuman yang terkontaminasi.

C. INSIDEN
1. Hepetitis A
Penyakit endemik dibeberapa bagian dunia, khususnya area dengan sanitasi yang buruk. Walaupun epidemik juga terjadi pada negara – negara dengan sanitasi baik.
2. Hepatitis B
Ditemukan dibeberapa negara insidennya akan meningkat pada area dengan populasi padat dengan tingkat kesehatan yang buruk.



3. Hepatitis C
90 % kasus terjadi akibat post transpusi dan banyak kasus sporadik, 4 % kasus hepatitis disebabkan oleh hepatitis virus dan 50 % terjadi akibat penggunaan obat secara intra vena
4. Hepatitis D
Selalu ditemukan dengan hepatitis B, delta agent adalah indemik pada beberapa area seperti negara mediterania, dimana lebih dari 80 % karier hepatitis B dapat menyebabkan infeksi.
5. Hepatitis E
Adalah RNA virus yang berbeda dari hepatitis A dan eterovirus biasanya terjadi di India, Birma, Afganistan, Alberia, dan Meksiko.

D. PATOFISIOLOGI
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel perenchyn hati.
Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir system drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice. Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati



















E. PENYIMPANGAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA HEPATITIS
Faktor resiko higiene &
sanitasi buruk

Rentan terhadap infeksi
virus hepatitis

Invasi virus ke dalam tubuh

Masuk sirkulasi

Masuk dalam aliran
vena hepatikus

Virus berkembang biak
dalam sel hati

Proses peradangan sel hati →

Kerusakan jaringan hepar

Merangsang ujung saraf

Ditransmisikan ke kortex serebri
melalui thalamus

Nyeri










F. MANIFESTASI KLINIK
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi dari masing – amsing stadium adalah sebagai berikut.
1. Stadium praicterik berlangsung selama 4 – 7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri diperut kanan atas urin menjadi lebih coklat.
2. Stadium icterik berlangsung selama 3 – 6 minggu. Icterus mula –mula terlihat pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan – keluhan berkurang, tetapi klien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi. Penyebuhan pada anak – anak menjadi lebih cepat pada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan ke 2, karena penyebab yang biasanya berbeda

G. TES DIAGNOSTIK
1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati

2. Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
3. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5. Alkali phosfatase
Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7. Albumin Serum
MenurUn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
8. Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
9. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
10. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11. Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
12. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
13. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
14. Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
15. Skan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
16. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin. Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena bilirubin terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.

H. PENATALAKSANAAN MEDIK
Tidak ada terpi sfesifik untuk hepatitis virus. Tirah baring selama fase akut dengan diet yang cukup bergizi merupakan anjuran yang lazim. Pemberian makanan intravena mungkin perlu selama fase akut bila pasienterus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.

BAB III
TINJAUAN KASUS


I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 01 – 07 – 2010
Oleh : Taufik.H
Sumber Data : Pasien, Keluarga Pasien, Dokumen Rekam Medik
Metode Pengkajian : Anamnesa, Observasi, Pemeriksaan Fisik

A. Pengumpulan Data
1. Identitas Pasien
Nama : Tn .W
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Usia : 39 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan
Status : Sudah Menikah
Alamat :
No. Medrek : 17.38.74
Tanggal Masuk : 01 – 07 – 20101

2. Penanggung Jawab : Jamsostek


B. Riwayat Kesehatan Pasien
1. Keluhan Utam
±2 hari sebelum pasien dirawat pasien tidak nafsu makan, mual, muntah, nyeri perut bagian kanan atas dan mengeluh BAB mencret 2x/hari berwarna hitam (berwarna seperti tanah liat).
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
±2 hari sebelum pasien dirawat di RS.Bhakti Husada, Pasien nyeri perut bagian kanan atas, muntah 3x, mual, nafsu makan berkurang, lemah BAB mencret dan berwarna hitam (berwarna seperti tanah liat) 2x/hari. Sebelumnya pasien tidak berobat kemana – mana, pasien langsung berobat ke RS. Bhakti Husada, dari hasil pemeriksaan Dokter menganjurkan pasien dirawat selama beberapa hari di RS. Bhakti Husada. Pasien dirawat diruang perawatan lantai 3 kamar isolasi, pasien direncana transfusi PRC II kantong karena hasil pemeriksaan labolatorium nilai HB pasien < 10 gr/dl yaitu 8,9 gr/dl. Pasien mendapatkan therapy obat berupa :
IUFD : RL → 20 TPM
Ranitidin 2 x 1 Ampul
Vomseron / drip K/P
Transamin Ekstra
Lasik 1 x 1 ampul pretransfusi
Antasyd syrup 3 x 1 sendok makan
Neciblok syrup 3 x 1 sendok makan
Propanolol tablet 2 x 10 mg
Pada saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan atas, mual, muntah 3x, BAB dan berwarna berwarna hitam (berwarna seperti tanah liat), mencret 2x, lemah, dan tidak nafsu makan.
TD : 110 / 70 MMHG
N : 88 x/menit
S : 36°C
R : 22 x/menit
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengatakan bahwa dirinya mempunyai riwayat penyakit yang sama sekitar 2 – 5 tahun yang lalu.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Saat dilakukan pengkajian (wawancara), pasien menyangkal ada anggota keluarganya yang menderita penyakit yang sama dengan dirinya saat ini yaitu Hepatitis B..

GENOGRAM





Keterangan :
: Laki – Laki
: Perempuan
: Pasien
: Hubungan Pernikahan
: Hubungan Sedarah
------ : Tinggal Serumah

C. Pola Aktivitas Sehari –hari
1. Nutrisi
• Sebelum Sakit
Pasien makan dengan nasi, lauk pauk dan sayur. Pasien makan sehari 3x dan minum ± 1800 cc air/hari.
• Selama Sakit
Pasien makan dengan bubur, lauk pauk dan sayur disertai snak dan buah. Pasien hanya menghabiskan ½ porsi dari diet yang disajikan rumah sakit, pasien minum ± 1000 cc air/hari. Pasien mengeluh tidak nafsu makan, mual, muntah 3x, BB 41 Kg.
2. Personal Hygiene
• Sebelum Sakit
Pasien mandi 2x sehari dengan sabun mandi, keramas 2 hari sekali dengan sampo, pasien menggosok gigi sewaktu mandi. Pasien selalu mengganti bajunya setelah mandi.
• Selama Sakit
Selama sakit pasien diseka keluarganya dengan menggunakan air hangat. Pasien selalu mengganti baju sesaat setelah diseka.
3. Aktivas dan Istirahat
• Sebelum Sakit
Sebelum sakit pasien selalu melakukan aktivitasnya secara mandiri tanpa dibantu oleh anggota keluarga yang lainnya. Pasien terbiasa istirahat disiang hari ± 2 jam waktu yang dibutuhkan untuk tidur disiang hari. Sedangkan malam hari pasien membutuhkan ± 6 jam untuk memenuhi kebutuhan tidurnya.
• Selama Sakit
Aktivitas terlalu berat membuat pasien mudah lelah, sehingga aktivas berat seperti : berjalan menuju kamar mandi selalu didampingi oleh keluarga –keluarganya, pasien jarang tidur disiang hari, sedangkan malam pasien membutuhkan waktu untuk istirahat ± 6 jam perharinya.
4. Pola Eliminasi
• Sebelum Sakit
Sebelum sakit pasien BAK ± 4x/hari dengan warna kuning muda tanpa ada rasa nyeri saat BAK. BAB sehari 1x dengan konsistensi lembek, kuning coklat.
• Selama Sakit
Selama sakit dari tertanggal 1 – 7 – 2010 s/d tanggal pengkajian tanggal 2 – 7 – 2010, pasien mengatakan BAB 2x mencret dengan warna hitam (seperti warna tanah liat), BAK ± 6X/hari tanpa gangguan BAK.


D. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum : Sedang
• Kesadaran : Composmentis
• Tanda – tanda Vital :
TD : 110 / 70 MMHG
N : 88 x/menit
S : 36 °C
R : 22 x/menit
• Status Nutrisi IMT
BB = 41 = 16,01 (under weight)
(TB(cm)² (1,6)²

Nilai Normal : 20 – 25
Pemeriksaan Fisik (Chepalo Caudal)
1. Kepala
Rambut hitam, pendek, tidak terdapat lesi atau luka pada kepala, entuk kepala normo chepal.
2. Mata
Sklera tanpak ikterik, konjungtiva anemis, pasien tidak mengalami gangguan penglihatan.
3. Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak tampak lesi dan serumen yang keluar dari telinga pasien, mampu mendengar dan tidak mengalami gangguan fungsi pendengaran.
4. Hidung
Simetris tidak terpasang kanul O2, tidak terdapat secret yang menutupi muara vestibulum.
5. Mulut
Mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis pada mukosa bibir, tidak ada gangguan mengunyah pada organ oral namun pasien mengeluh mual muntah dan nafsu makan berkurang.
6. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid pada leher pasien. Tidak ada keluhan nyeri menelan.
7. Thorax
• Inspeksi
Bentuk dada normo chesttidak terdapat bekas lesi dan luka ekspasi dada kanan kiri seimbang, respirasi 22 x/menit
• Auskultasi
- Pulmo
Tidak terdengar weezing dan ronchi
- Jantung
S1, S2 murni tunggal, regular tidak terdapat suara tambahan / kelainan bunyi seperti Galops.
• Perkusi
• Palpasi
Tidak terdapat nyeri tkan pada daerah dada.
8. Abdomen
• Inspeksi
Bentuk abdomen normal, simetris, tidak terdapat lesi dan bekas luka.
• Auskultasi
Bising usus positif + , bising usus 10 x/menit diseluruh kuadran
• Perkusi
Resonan
• Palpasi
Terdapat nyeri tekan pada daerah abdomen bagian kanan atas.
9. Ektremitas
• Atas
Gerak ekstremitas bagian atas aktif, jari – jari tangan semua lengkap, mampu berfungsi secara normal tanpa gangguan.
• Bawah
Gerak ekstremitas bagian bawah aktif, jari – jari tangan semua lengkap, mampu bemobilisasi secara normal tanpa gangguan fungsi gerak. Tidak terdapat bekas luka atau lesi pada ekstremitas bagian bawah.
10. Genetal
Tidak mengalami ganguan BAK atau nyeri saat BAK, tidak terpasang Dower Cateter pada alat genetalinya.
11. Analisa
Tidak terdapat varises pada anus dan tidak mengalami nyeri saat BAB.

E. Aspek Psikososial
1. Persepsi Diri
Keinginan pasien untuk dapat sembuh terlihat dengan menjalankan / mengikuti danjuran dari dokter maupun dari perawat.
2. Hubungan Komunikasi
Pasien kurang berkomunikasi dengan baik dengan petugas kesehatan, namun pada saat dilakukan pengkajian pasien dapat bekomunikasi dengan baik dengan sanak keluarganya.
3. Pertahanan Koping
Pertahanan koping yang digunakan pasien dengan cara pasien akan sembuh jika mematuhi anjuran yang disarankan oleh dokter dan perawat.
4. Pengambilan Keputusan
Pasien tidak bisa mengambil keputusan, dalam pengambilan keputusan selalu dengan persetujuan istrinya.
5. Sistem Nilai dan Kepercayaan
Pasien beragama Islam, pasien tidak percaya dengan mitos – mitos. Selama pasien dirumah pasien selalu menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim dengan baik namun ketika pasien berada di Rumah Sakit, Pasien hanya dapat berdoa pada Allah Swt untuk kesembuhannya.




F. Data Penunjang
1. Labolatorium 31 – 06 – 2010
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi :
Hemoglobin
Leukosit
8,9
15.000
P. 14 – 18 g%
5000 – 10.000 / MM³

Pemeriksaan Kimia Umum
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
SGOT
SGPT 61,0
32,9 < 22 – 26 u/l
< 22 – 29 u/l

2. Cek HBsAg : Positif (+) (31 – 06 – 2010)
3. Therapy
RL 20 TPM
Therapy Obat
Jenis Therapy Dosis Jenis Pemberian Keterangan
Therapy Injek :
Ranitidin
Vomseron
Transamin
Lasik
3 x 1 Ampul
1 x 1 Ampul
1 x 1 Ampul
1 x 1 Ampul
IV
Drip
Drip
IV

-
k/p
Ekstra (di UGD tgl 31 – 06 – 2010)
Pretransfusi
Therapy Oral :
Antasyd
Neciblok
Propanolol

3 x 1C
3 x 1C
2 x 10 mg
Oral
Oral
Oral
-
-
-

G. Analisa Data
No Data Senjang Etiologi Problem
1. S :
• Pasien mengatakan nafsu makan berkurang, muntah 3x, mual.
• Pasien hanya menghabiskan ½ porsi diet yang disajikan rumah sakit.

O :
• Pasien hanya menghabiskan ½ porsi diet yang disajikan rumah sakit.
• Bising usus 10 x/menit
• BB : 41 Kg
• Status Nutrisi “Under Weight”
Virus berkembang biak dalam sel hati

Kerusakan pada hepar

Produksi garam empedu ↓

Suasana duodenum menjadi asam

Mengiritasi duodenum

Inpuls iritatif ke otak

Gejala gastritis

Ransangan medulla oblongata konstipasi

Mual, muntah

Intake kurang

Nutrisi kurang dari kebutuhan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. S :
• Pasien mengatakan lemah
• Aktivitas berat (berjalan menuju kamar mandi) dibantu oleh istri atau keluarga.
O:
• Pasien terlihat lemah
• Pasien dalam melakukan aktivitas; diseka, berjalan menuju kamar mandi selalu dibantu oleh istri atau keluarganya. Fungsi hepar terganggu

Gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak

Karbohidrat tidak dapat disimpan

Energi yang dihasilkan berkurang

Kelemahan

intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas
3. S :
Pasien mengatakan nyeri didaerah perut bagian kanan atas

O :
• Terdapat nyeri tekan didaerah perut bagian kanan atas
• Skala nyeri 4 (sedang) Virus berkembang iak dalam sel hati

Proses peradangan sel hati

Kerusakan jaringan hepar

Pelepasan zat proteolitik

Merangsang Ujung saraf

Ditermisikan ke kortex serebri melalui thalamus

Nyeri
Gangguan rasa nyaman nyeri
4. S :
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit yang sama yaitu hepatitis B sekitar ± 2 – 5 tahun yang lalu.

O :
• HBsAg positif (+)
• SGOT = 61,0 u/l
• SGPT = 32,9 u/l
Virus berkembang iak dalam sel hati

Merangsang reaksi inflamasi dan system imun

Kerusakan pada hepar

Perluasan kerusakan pada hepar

HBsAg positif (+)

Pasien terinfeksi virus Hepatitis

Pasien melakukan interaksi sosial

Resiko infeksi terhadap diri sendiri dan orang lain Resiko penyebaran infeksi pada diri sendiri dan orang lain
5. S :
Pasien mengatakan bahwa dia merasa minder kepada orang lain karena keadaan yang dihadapinya.

O :
• Pasien kurang berkomunikasi dengan baik dengan petugas kesehatan, namun pada saat dilakukan pengkajian pasien dapat bekomunikasi dengan baik dengan sanak keluarganya.
• Pasien dirawat dikamar Isolasi Pasien terinfeksi virus Hepatitis

HBsAg positif (+)

Perawatan isolasi

Isolasi sosial
Gangguan konsep diri Body Image











H. Prioritas Masalah
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan metabolik, mual, muntang dan berkurangnya nafsu makan
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar
4. Resiko penyebaran infeksi pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat dan kontak dengan pasien.
5. gangguan konsep diri berhubungan dengan perasaan negative terhadap keadaan yang dihadapinya.















BAB IV
KESIMPULAN


A. KESIMPULAN
Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002;131)
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145)

Kamis, 15 Juli 2010

LAPORAN PENDAHULUAN

SINUSITIS

Definisi :

Sinusitis adalah : merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus.

Etiologi

a. Rinogen

Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) yang disebabkan oleh :

  • Rinitis Akut (influenza)
  • Polip, septum deviasi

b. Dentogen

Penjalaran infeksidari gigi geraham atas

Kuman penyebab :

- Streptococcus pneumoniae

- Hamophilus influenza

- Steptococcus viridans

- Staphylococcus aureus

- Branchamella catarhatis

Iritasi

eksudat Purulen

pilek bau

Infeksi Kuman

Patofisilologi

Tekanan pada sinus meningkat

Batuk batuk

Nyeri


Gejala Klinis :

a. Febris, filek kental, berbau, bisa bercampur darah

b. Nyeri :

- Pipi : biasanya unilateral

- Kepala : biasanya homolateral, terutama pada sorehari

- Gigi (geraham atas) homolateral.

c. Hidung :

- buntu homolateral

- Suara bindeng.

Cara pemeriksaan

  1. Rinoskopi anterior :

- Mukosa merah

- Mukosa bengkak

- Mukopus di meatus medius.

  1. Rinoskopi postorior

- mukopus nasofaring.

  1. Nyeri tekan pipi yang sakit.
  2. Transiluminasi : kesuraman pada ssisi yang sakit.
  3. X Foto sinus paranasalis

- Kesuraman

- Gambaran “airfluidlevel”

- Penebalan mukosa

Penatalaksanaan :

a. Drainage

- Medical :

* Dekongestan lokal : efedrin 1%(dewasa) ½%(anak)

* Dekongestan oral :Psedo efedrin 3 X 60 mg

- Surgikal : irigasi sinus maksilaris.

b. antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk akut) yaitu :

- ampisilin 4 X 500 mg

- amoksilin 3 x 500 mg

- Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet

- Diksisiklin 100 mg/hari.

c. Simtomatik

- parasetamol., metampiron 3 x 500 mg.

d. Untuk kromis adalah :

- Cabut geraham atas bila penyebab dentogen

- Irigasi 1 x setiap minggu ( 10-20)

- Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi)

Tinjauan Keperawatan

Pengkajian :

1. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,,

2. Riwayat Penyakit sekarang :

3. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.

4. Riwayat penyakit dahulu :

- Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma

- Pernah mempunyai riwayat penyakit THT

- Pernah menedrita sakit gigi geraham

5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.

6. Riwayat spikososial

a. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih0

b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

7. Pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksanahidup sehat

- Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping

b. Pola nutrisi dan metabolisme :

- biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung

c. Pola istirahat dan tidur

- selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek

d. Pola Persepsi dan konsep diri

- klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun

e. Pola sensorik

- daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).

8. Pemeriksaan fisik

a. status kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal, kesadaran.

b. Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosa merah dan bengkak).

Data subyektif :

1. Observasi nares :

a. Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya

b. Riwayat pembedahan hidung atau trauma

c. Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah, frekwensinyya , lamanya.

2. Sekret hidung :

a. warna, jumlah, konsistensi secret

b. Epistaksis

c. Ada tidaknya krusta/nyeri hidung.

3. Riwayat Sinusitis :

a. Nyeri kepala, lokasi dan beratnya

b. Hubungan sinusitis dengan musim/ cuaca.

4. Gangguan umum lainnya : kelemahan

Data Obyektif

1. Demam, drainage ada : Serous

Mukppurulen

Purulen

2. Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang mengalami radang ® Pucat, Odema keluar dari hidng atau mukosa sinus

3. Kemerahan dan Odema membran mukosa

4. Pemeriksaan penunjung :

a. Kultur organisme hidung dan tenggorokan

b. Pemeriksaan rongent sinus.

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri : kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung

2. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis(irigasi sinus/operasi)

3. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental

4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu., nyeri sekunder peradangan hidung

5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus

6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan bau pernafasan dan pilek

Perencanaan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung

Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang

Kriteria hasil :

- Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang

- Klien tidak menyeringai kesakitan

Intervensi

Rasional

a. Kaji tingkat nyeri klien

b. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya

c. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi

d. Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien

e. Kolaborasi dngan tim medis :

1) Terapi konservatif :

- obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung

- Drainase sinus

2) Pembedahan :

- Irigasi Antral :

Untuk sinusitis maksilaris

- Operasi Cadwell Luc.

a. Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya

b. Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri

c. Klien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri

d. Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.

e. Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien

2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi)

Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang

Kriteria :

- Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya

- Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.

Intervensi

Rasional

a. Kaji tingkat kecemasan klien

b. Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien :

- Temani klien

- Perlihatkan rasa empati( datang dengan menyentuh klien )

c. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti

d. Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :

- Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang

- Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan

e. Observasi tanda-tanda vital.

f. Bila perlu , kolaborasi dengan tim medis

a. Menentukan tindakan selanjutnya

b. Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan

c. Meingkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif

d. Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.

e. Mengetahui perkembangan klien secara dini.

f. Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien

3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung) sekunder dari peradangan sinus

Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret (seous,purulen) dikeluarkan

Kriteria :

- Klien tidak bernafas lagi melalui mulut

- Jalan nafas kembali normal terutama hidung

Intervensi

Rasional

a. kaji penumpukan secret yang ada

b. Observasi tanda-tanda vital.

c. Koaborasi dengan tim medis untuk pembersihan sekret

a. Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya

b. Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi

c. Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret/masalah

4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus

Tujuan : kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi

Kriteria :

- Klien menghabiskan porsi makannya

- Berat badan tetap (seperti sebelum sakit ) atau bertambah

Intervensi

Rasional

a. kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien

b. Jelaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan

c. Catat intake dan output makanan klien.

d. Anjurkan makan sediki-sedikit tapi sering

e. Sajikan makanan secara menarik

a. Mengetahui kekurangan nutrisi kliem

b. Dengan pengetahuan yang baik tentang nutrisi akan memotivasi meningkatkan pemenuhan nutrisi

c. Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi klien

d. Dengan sedikit tapi sering mengurangi penekanan yang berlebihan pada lambung

e. Mengkatkan selera makan klien

5. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari proses peradangan

Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman

Kriteria :

- Klien tidur 6-8 jam sehari

Intervensi

Rasional

a. kaji kebutuhan tidur klien.

b. ciptakan suasana yang nyaman.

c. Anjurkan klien bernafas lewat mulut

d. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat

a. Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur

b. Agar klien dapat tidur dengan tenang

c. Pernafasan tidak terganggu.

d. Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000

Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman diagnosis dan Terapi Rumah sakit Umum Daerah dr Soetom FK Unair, Surabaya

Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta